From Nervous to Confident: Public Speaking Workshop with Komunitas ISB

Source: https://id.pinterest.com/pin/155303888225127592/

Jumat sore itu, meskipun hari mulai menjelang senja, semangatku tak luntur. Aku bersiap di depan layar laptop, menunggu workshop public speaking yang diadakan oleh Komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB) melalui Zoom. Workshop ini adalah kesempatan emas, dan aku merasa sangat beruntung karena diajak langsung oleh Ani Berta, founder komunitas ISB. Aku biasa menyapanya 'Mbak Ani'. Ia begitu bersemangat dalam membimbing kami, para pemula, agar semakin berkembang di dunia komunikasi dan blogging.


Alia Rahma: Sosok Pembicara dengan Segudang Prestasi

Dalam workshop ini, Alia Rahma hadir sebagai pembicara. Alia, begitu ia akrab dipanggil, pernah meraih gelar None Jakarta Selatan pada tahun 2001, yang kemudian membawanya menjadi None DKI Jakarta di tahun yang sama. Empat tahun kemudian, ia mengikuti ajang Puteri Indonesia 2005 dan berhasil masuk dalam jajaran Top 5. Selain itu, ia juga dianugerahi gelar Puteri Atribut, Puteri Indonesia Pariwisata.

Alia juga seorang profesional MC, moderator, TV anchor di SEA Today News, serta communication trainer dan consultant. Alia memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam dunia komunikasi dan telah membimbing banyak individu dalam meningkatkan keterampilan berbicara di depan umum.


Public Speaking: Lebih dari Sekadar Berbicara

Sesi Zoom dimulai tepat pukul 16.00 WIB, Mbak Ani membuka acara dengan penuh antusiasme. Lalu, tibalah saatnya pembicara utama, Alia Rahma, memberikan materi. "Public speaking-the energy," katanya dengan penuh semangat. "Public Speaking is beyond just being able to speak." Ia menjelaskan bahwa berbicara di depan umum bukan sekadar menyampaikan kata-kata, dalam public speaking memerlukan power dan dorongan, bertujuan untuk memberikan impact, serta memotivasi audiens. 

Alia kemudian bertanya kepada peserta, Are you a confident speaker? Sebagian peserta mengangguk, sementara yang lainnya tersenyum dengan ragu." Jika belum, what’s holding you back?” Dari obrolan yang mengalir, berbagai alasan muncul: grogi, takut salah, atau merasa tidak cukup ahli dalam suatu topik. Alia menjelaskan bahwa rasa gugup adalah hal yang wajar. Setiap orang mengalaminya, tetapi ada cara untuk mengatasinya.


Materi Workshop


Alia kemudian mulai membagikan beberapa tips dan trik yang sangat berguna untuk mengatasi kecemasan saat berbicara di depan umum. “Yang pertama kali harus kamu ingat adalah situasinya," ujar Alia . “Merasa nervous itu normal, semua orang pasti pernah mengalaminya." 

Ia melanjutkan, mengingatkan kami untuk selalu mengenal audiens sebelum berbicara. “Jika kamu berbicara di depan anak muda, cobalah menggunakan gaya bahasa yang santai dan sedikit humor agar suasana terasa lebih akrab. Tapi, kalau audiensmu adalah pejabat atau profesional, pastikan bahasa yang digunakan formal dan langsung ke inti, karena mereka adalah orang sibuk yang tidak punya banyak waktu." Aku mulai memahami betapa pentingnya menyesuaikan cara bicara dengan siapa kita berbicara.

Terakhir, Alia menekankan untuk selalu menetapkan tujuan atau target yang jelas dalam setiap pembicaraan. “Misalnya, jika berbicara di depan mahasiswa, targetmu memberi pengetahuan bagaimana cara sukses dalam wawancara kerja. Pastikan wawasan yang ingin disampaikan diterima audiens dengan baik." 


Mengatasi Grogi dengan Metode 3P BCOS

Untuk mengatasi grogi, ia juga memperkenalkan metode 3P BCOS:

  • Positive Intention: Niatkan berbicara untuk menyampaikan sesuatu yang bermanfaat.
  •  Preparation: Persiapkan materi dengan baik agar lebih percaya diri.
  •  Pray: Berdoa sebelum berbicara agar diberi kelancaran.
  •  Breath: Atur napas agar lebih tenang.
  •  Control: Kendalikan diri dan mood.
  •  Smile: Senyum akan membuat suasana lebih nyaman dan audiens lebih tertarik.

"Tell your body and your brain that everything will be okay," katanya sambil tersenyum.

"Tahukah kalian? Penelitian menunjukkan bahwa efektivitas seorang pembicara dipengaruhi oleh tiga aspek utama," lanjutnya. Ternyata, 55% dampaknya berasal dari how you look. Dress to impress: kenakan pakaian yang sesuai, minimal satu tingkat lebih rapi dari audiens, tetapi jangan berlebihan. Lalu, 38% dari how you sound, apakah intonasi kita dinamis atau monoton. Sisanya, hanya 7% berasal dari what you say (isi materi itu sendiri). Kesimpulannya: What you say is how you say it.


Teknik PAPAVIPP: Kunci Bicara yang Efektif

Dengan semangat, Alia melanjutkan sesi dengan mengenalkan sebuah teknik bernama PAPAVIPP yang dapat meningkatkan kualitas bicara kita. Ia menjelaskan satu per satu dengan jelas. "Pace," katanya, kecepatan bicara yang nyaman sangat penting agar audiens bisa mengikuti dengan mudah." Aku langsung mencatat, merasa bahwa hal ini akan sangat membantu agar tidak terburu-buru atau terkesan terbata-bata.

Selanjutnya, ia membahas tentang "Articulation," yaitu pentingnya mengucapkan kata-kata dengan jelas agar pesan yang kita sampaikan bisa diterima dengan baik. “Berbicara dengan "Pitch" yang bervariasi," tambahnya. Ia pun menjelaskan pentingnya Accentuation atau penekanan pada kata-kata penting yang harus ditekankan agar audiens tahu apa yang kita anggap poin penting dalam pembicaraan kita.

Alia juga menekankan bahwa Volume suara harus disesuaikan dengan jumlah audiens, agar semua orang bisa mendengar dengan jelas tanpa terkesan berteriak. "Intonation yang baik akan menghindarkan kita dari berbicara monoton," ujarnya, sambil mencontohkan bagaimana intonasi yang menarik bisa membuat audiens lebih tertarik untuk mendengarkan. Tak lupa, ia mengingatkan pentingnya Pronunciation yang tepat agar tidak ada kata yang terdengar ambigu, meskipun dengan gaya pronounce lokal tidak masalah.

"Terakhir, berikan 'Pause' di waktu yang tepat, memberi kesempatan bagi audiens untuk mencerna informasi yang baru saja kita sampaikan," lanjutnya dengan penuh keyakinan. Semua teknik itu, menurutnya, akan sangat membantu dalam menciptakan percakapan yang mengalir dan menarik bagi audiens.


Menjadi Pembicara Autentik yang Menginspirasi

“Yang terpenting adalah menjadi diri sendiri." Jadilah pembicara yang autentik, be genuine. Jangan berlebihan dalam gestur, tapi tetap ekspresif," ujarnya. Salah satu peserta kemudian bertanya, Bagaimana kalau audiens tidak memperhatikan kita? Dengan tenang, Alia menjelaskan bahwa kendali tetap ada di tangan pembicara. Libatkan audiens agar fokus , beberapa cara agar audiens tetap terlibat antara lain dengan menyisipkan kuis, teka-teki, atau interaksi yang relevan dengan mereka.


Praktik Intonasi: Menghidupkan Energi 

Kemudian, sesi workshop berlanjut ke bagian praktik. Ini adalah bagian yang paling seru dan ditunggu-tunggu. Alia mengajak peserta untuk mempraktikkan teknik berbicara dengan menggunakan intonasi yang berbeda-beda. “Intonasi adalah kunci untuk menghindari suara monoton yang membuat audiens bosan," jelasnya sambil tersenyum.

Alia memberikan satu artikel pendek sebagai teks latihan. Para peserta diminta membaca dengan variasi intonasi, menyesuaikan emosi dan konteks yang diberikan. Beberapa peserta dengan antusias mengangkat tangan untuk mencoba. Suasana menjadi lebih hidup ketika masing-masing peserta mempraktekkannya.

Alia memberikan apresiasi kepada semua peserta, mengatakan bahwa mereka telah berhasil menunjukkan keberanian dan kreativitas dalam intonasi. Latihan ini benar-benar memberikan pengalaman baru. Aku menyadari betapa pentingnya intonasi dalam memberikan energi kepada audiens. Setiap perubahan nada ternyata bisa menciptakan dampak emosional yang sangat berbeda.


Personal Branding: Citra Diri yang Berdampak Positif

Menjelang akhir sesi, Alia berbagi wawasan tentang personal branding. Personal branding tak hanya berguna dalam dunia public speaking, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. "Personal branding itu bukan sekadar mengatakan ‘Aku ini A’, tetapi bagaimana kita menanamkan kesan yang otentik di mata orang lain," jelasnya.

Materi Workshop

“Bukan hanya soal bagaimana orang melihat kita." Ia menjelaskan bahwa tujuan utama dari personal branding adalah menjadi Top of mind yakni orang pertama yang diingat ketika seseorang membutuhkan keahlian atau informasi dalam bidang tertentu. “Hal ini akan menciptakan banyak peluang, baik di dunia bisnis maupun karier," lanjutnya. 

Alia juga menyebutkan bagaimana personal branding bisa membuka kesempatan untuk kolaborasi, mempertemukan kita dengan orang-orang yang memiliki visi atau tujuan yang sama. "Yang lebih penting, personal branding itu juga tentang memberikan manfaat kepada orang lain, kita bisa memberi dampak positif bagi orang di sekitar kita."

Ia melanjutkan dengan berbicara tentang bagaimana personal branding membantu kita dalam proses Finding self,"  untuk lebih mengenal siapa diri kita dan terus berkembang. Saat mendengarnya, aku merasa seperti mendapat pencerahan. Ternyata, membangun citra diri itu bukan hanya tentang mengesankan orang lain, tetapi tentang mengenal diri kita lebih dalam dan memberi nilai bagi orang-orang di sekitar kita.

Langkah pertama dalam membangun personal branding adalah kenali diri kita sendiri. Pahami kelebihan dan kelemahan yang kita miliki, serta bagaimana cara kita menyikapinya. Personal branding dianggap berhasil ketika orang bisa memiliki respon emosional yang spesifik terhadap kita. Jika audiens merasa terinspirasi, termotivasi, atau terhubung dengan kita secara emosional, maka branding yang kita bangun telah mencapai tujuan.

Ia menyarankan peserta untuk bertanya kepada rekan kerja atau teman dekat, "How do you see me?" Dari jawaban mereka, kita bisa memahami bagaimana orang lain memandang kita dari segi penampilan, cara berbicara, hingga kesan yang kita tinggalkan.


Materi Workshop

Pelajaran Berharga dari Workshop Komunitas ISB

Workshop ini benar-benar membuka wawasan dan memberiku banyak pelajaran berharga tentang public speaking. Rasanya seperti mendapatkan kunci baru untuk membuka pintu kesempatan yang lebih besar. Kini, aku lebih percaya diri untuk berbicara di depan umum, bukan hanya karena teori yang kupelajari, tetapi juga karena dorongan untuk terus berlatih dan berkembang. Aku semakin sadar bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita bisa memiliki dampak besar, tergantung bagaimana kita menyampaikannya.


Sesi Workshop Public Speaking  Komunitas ISB

Terima kasih kepada Mbak Ani dan Komunitas ISB atas kesempatan luar biasa ini, serta kepada Alia Rahma yang telah berbagi ilmu dengan begitu inspiratif. Perjalanan ini baru dimulai, dan aku tak sabar untuk menerapkan semua yang kupelajari. Karena pada akhirnya, berbicara bukan sekadar mengeluarkan suara, tetapi tentang bagaimana kita bisa membuat orang lain merasakan energi dan makna di dalamnya.

 

Comments