![]() |
Source: https://id.pinterest.com/pin/16888567431874873/ |
Swifties dan Lagu The Prophecy
Swifties pasti nggak asing baca judul tulisan ini. Lagu Taylor Swift yang judulnya “The Prophecy” relate banget sama ceritaku, meskipun nggak sepenuhnya ya. Ngomong-ngomong soal "The Prophecy," kalau kamu belum dengerin lagunya, coba deh dengerin dan perhatiin liriknya. Taylor Swift mungkin don’t want money, tapi kalau aku sih definitely want money. Tapi tulisan ini bukan tentang itu. Ini tentang cerita hidupku yang nyambung sama "ramalan."
Yang bikin aku ngefans sama Taylor Swift bukan cuma soal lagunya yang catchy, tapi juga karena dia bisa banget bercerita dengan cara yang unik dan menyenangkan lewat lagu-lagunya. Bercerita tentang kisah cinta dan patah hati yang bisa relate sama banyak orang. Taylor Swift, yang udah punya karier gemilang, finansial mapan, dan fans di seluruh dunia, ternyata masih bisa galau soal cinta.
Jadi, itu bikin aku mikir: ya wajar dong kalau aku juga kadang merasa kayak gitu. Manusia memang makhluk sosial yang selalu punya keinginan untuk terhubung, dicintai, dan mencintai. Nggak peduli seberapa independen atau suksesnya seseorang, kita tetap butuh companionship. Ini yang bikin aku sadar, perasaan vulnerabilitas ini adalah bagian dari menjadi manusia.
Ramalan yang Datang Tanpa Diminta
Pernah nggak kamu ngalamin momen di mana ada orang yang tiba-tiba tanpa diminta ngeramal kamu? Kalau aku, udah beberapa kali. Bukan sama peramal khusus di event atau tempat resmi, tapi sama orang-orang yang nggak sengaja aku kenal atau temui. Ada yang di acara keluarga, di kelas bahasa Inggris, bahkan pas lagi ketemu orang di tempat kerja. Tapi yang bikin aku heran, ramalannya selalu sama: "kamu kurang beruntung soal cinta."
Nggak Percaya, Tapi Kok Kepikiran?
Awalnya sih aku sempat mikir, ngapain sih percaya sama ramalan-ramalan kayak gitu? Tapi lama-lama, kok bukan cuma satu orang aja yang ngomong hal serupa. Ada yang bilang aku akan susah nemu pasangan yang cocok, ada juga yang bilang aku akan sering patah hati. Sampai-sampai aku mikir, apa ini semacam kutukan?
Tapi yaudah, karena aku nggak mau ngambil pusing, aku cuma ketawa (dalam hati menangis) dan bilang, “okay, whatever will be, will be." Selain itu, kan juga nggak sesuai sama keyakinan aku buat percaya hal-hal kayak gitu. Tapi tetep aja, dengerin hal kayak gitu terus-terusan bikin aku kadang overthinking.
Mencintai Itu Nggak Selalu Tentang Pasangan
Cinta itu sering banget dikaitkan sama hubungan romantis. Padahal, sebenarnya cinta itu luas banget. Aku pernah dengar cerita, yang intinya: “kadang kita lupa kalau cinta itu bisa hadir dalam banyak bentuk”, dan aku setuju banget sama itu. Cinta itu nggak cuma soal kamu dan pasanganmu, tapi bisa hadir dalam cara kita peduli sama keluarga, teman, bahkan orang asing yang butuh bantuan.
![]() |
Source: https://id.pinterest.com/pin/6403624447186043/ |
Cinta itu bukan tentang "ada" atau "nggak ada" pasangan hidup. Lebih dari itu, cinta adalah gimana kita berbagi rasa kasih ke orang-orang di sekitar kita. Misalnya, kamu ngerasa bahagia karena bantuin teman yang lagi kesusahan, atau kamu bahagia ngeliat senyum orang tua waktu kamu sempetin waktu buat mereka. Hal-hal kecil kayak gini seringkali lebih berarti daripada status hubungan.
Being Loved
Kalau aku ditanya apa aku pernah merasa dicintai, jawabannya tentu aja pernah. Aku nggak perlu bukti dari punya pasangan atau hubungan romantis. Orang-orang terdekatku selalu hadir dengan caranya masing-masing yang bikin aku sadar kalau cinta itu ada di mana-mana. Contohnya, keluargaku yang selalu ngasih dukungan tanpa syarat, bahkan di saat aku nggak cerita apa-apa. Sahabatku juga nggak pernah absen buat ngehibur, meskipun kadang cuma lewat obrolan receh. Hal-hal kecil kayak gitu selalu bikin aku merasa cukup.
Kegagalan-kegagalan yang pernah aku alami di masa lalu juga ngasih aku pelajaran berharga. Dulu aku pernah ngerasa patah hati banget sampai mikir, “Apa aku akan bisa jatuh cinta lagi?” Ternyata, kegagalan itu nggak bikin aku kapok untuk mencintai. Justru, aku belajar untuk mencintai dengan cara yang lebih dewasa. Aku belajar untuk nggak terlalu berharap lebih dari orang lain dan lebih fokus ke bagaimana aku bisa memberikan yang terbaik. Buat aku, mencintai itu tentang memberi, bukan cuma menerima.
Aku percaya, cinta nggak harus dramatis. Justru dalam perhatian kecil, dalam kehadiran mereka saat aku butuh, itulah bukti nyata bahwa aku dicintai. Orang-orang terdekatku adalah pengingat bahwa meskipun ada ramalan buruk soal love-life di hidupku, aku sudah punya cinta yang lebih dari cukup.
Keep Spreading Love
Jadi, buat aku, meskipun ada “ramalan” yang bilang aku kurang beruntung dalam love-life, itu nggak bikin aku takut atau berhenti mencintai. Justru sebaliknya, aku malah makin semangat buat nyebarin cinta ke orang-orang di sekitar aku. Karena aku percaya, makin banyak kamu nyebar cinta, makin banyak juga cinta yang balik ke kamu.
![]() |
Source: https://id.pinterest.com/pin/727331408600568636/ |
Intinya, hidup aku nggak akan ditentuin sama omongan orang, apalagi ramalan. Aku yang pegang kendali, dan aku milih untuk tetap percaya sama konsep cinta yang aku yakini. Mungkin aku nggak selalu “beruntung” dalam hal cinta versi yang lain, tapi aku selalu merasa cukup. Karena dengan semua orang yang sudah pernah aku temui, yang sayang sama aku, yang peduli sama aku, aku merasa dicintai.
Kamu Lebih dari Sekadar Ramalan
Buat kamu yang mungkin belum ketemu sama soul-mate, ingat ya, “kamu lebih dari apa pendapat orang." Kamu adalah bukti bahwa cinta itu nggak pernah absen. Kamu cuma perlu buka mata dan hati kamu buat lihat cinta itu ada di mana-mana. Cinta itu nggak cuma soal hubungan dengan pasangan atau orang lain, tapi juga tentang gimana kamu menghargai dan mencintai dirimu sendiri dan orang-orang di sekitarmu.
Kadang, cinta ada di bentuk kecil yang sederhana: sapaan hangat dari teman, pelukan dari keluarga, atau bahkan momen-momen kamu menikmati waktu sendirian. Jangan buru-buru ngerasa ada yang kurang hanya karena orang lain bilang begitu. Kamu punya cerita cinta yang unik, dan nggak ada rumus yang sama buat semua orang, setiap orang punya perjalanan sendiri. Jadi, teruslah mencintai, baik kepada orang lain maupun diri sendiri!
Comments
Post a Comment