YOU: When Toxicity is Disguised as a Romantic Gesture

Source: https://id.pinterest.com/pin/15692298697003308/


Disclaimer: 

Tulisan ini mungkin mengandung spoiler, jadi kalau belum siap tahu detailnya, better nonton dulu baru balik lagi baca, ya!


Nggak kerasa ya, serial YOU akhirnya sampai juga di final season ke-5. Dari awal nonton Joe Goldberg yang romantis tapi ternyata tukang stalker, sampai sekarang dia udah upgrade jadi full-blown manipulative murderer with a God complex, aku cuma bisa bilang: wow, kita udah ikutin perjalanan psikopat ini selama lima season.

Lucunya, sebagian dari kita tetap nonton karena, ya Joe somehow charming aja gitu. Tapi sebenarnya ini bukan hanya hiburan. Serial YOU ngasih kita banyak banget refleksi, dari psikologis, sosial, sampai soal budaya pop yang romantisasi toxic behavior. Let’s break it down, shall we?


Joe Goldberg's Evolution: From Creepy Romantic to Full-On Villain

Season pertama YOU tuh kayak jebakan batman buat kita semua. Joe tampil sebagai cowok introvert, kutu buku, sweet, dan perhatian. Tapi pelan-pelan kita sadar, oh no, dia ngelakuin semua itu based on stalking. Beneran tahu makanan favoritmu karena ngintip Google search history kamu.

Di season 2 dan 3, kita lihat dia "berjuang" jadi orang baik, bahkan nyoba settle down sama Love (yang ternyata juga nggak kalah dark-nya). Tapi, mulai season 4 dan akhirnya puncak di season 5, Joe udah nggak nyoba ngeles lagi. Dia embrace siapa dia sebenarnya. Bahkan mulai nge-justify semua tindakannya pakai dalih moral dan self-victimization.

Joe is no longer trying to be the good guy. He’s just trying to win. Dan itu bikin makin serem. Yang awalnya kita kira dia just a troubled guy who wants love, ternyata dia tuh benar-benar nggak bisa bedain antara cinta, kontrol, dan obsesi.


Why Do We Still Sympathize With Joe? (Are We Okay?)

Let’s be honest. Di awal-awal, banyak dari kita (yes, termasuk aku) yang sempet mikir, “Hmmm, Joe tuh sweet juga ya.” Tapi sekarang mari kita renungkan: kenapa kita bisa ngerasa gitu ke orang yang udah jelas-jelas toxic?


Source: https://id.pinterest.com/pin/30891947437298834/

It’s the classic case of the "attractive villain". Kita lebih gampang memaafkan karakter jahat kalau mereka good looking, well-spoken, dan punya backstory yang bikin kasihan. Ditambah lagi, Joe itu pinter banget bikin narasi dalam pikirannya sendiri. Kita dibawa masuk ke dalam monolog internal dia, yang kadang bikin kita simpati, padahal dia tuh gaslighting penonton juga.

Faktanya, serial kayak YOU bisa jadi cermin buat kita: seberapa sering sih kita menormalisasi red flag karena dibungkus dengan gesture romantis?

Ini jadi refleksi juga buat kehidupan nyata. Pernah nggak sih, kamu atau teman kamu punya mantan yang posesif tapi dibela-belain karena katanya "dia perhatian kok", dia bilang sayang banget sama aku, makanya dia bertindak kayak gitu karena sayang, padahal sebenarnya itu adalah kontrol yang menyamar sebagai kepedulian? Nah, itu dia. Kita kadang terlalu mudah luluh sama sweet words dan lupa liat actions-nya.


YOU as a Critique of Romanticizing Toxic Relationships

YOU bukan cuma cerita tentang stalker. Dia kritik terhadap budaya kita yang sering menganggap obsessiveness sebagai bentuk cinta. Sejak lama kita dicekokin film, lagu, dan novel yang bilang "kalau cinta, kejar terus" atau "jangan menyerah dapetin dia". Joe literally melakukan itu, tapi versi ekstremnya.

Serial ini secara halus ngajak kita nanya, “Sebenarnya yang kita anggap cinta itu, sehat nggak sih?”

Dan yang lebih menarik, YOU juga nunjukin bahwa orang yang ‘berpendidikan’, ‘berbudaya’, dan keliatan kalem, bisa aja menyimpan sisi gelap yang nggak kelihatan. Seseorang bisa pakai kutipan sastra dan baca Kafka, tapi tetap aja dia bisa ngebunuh orang. So, never judge someone purely from their aesthetic or sweet words, they could be walking red flags dressed in a turtleneck and book quotes.

Kalau kita tarik ke kehidupan nyata, banyak banget kasus-kasus kekerasan dalam hubungan yang awalnya nggak keliatan. Awalnya cuma dicek HP, dilarang nongkrong, pelan-pelan dijauhkan dari support system, dan ending-nya? Abuse. Sayangnya, ini masih sering terjadi. Jadi yes, YOU punya peran penting banget buat ngingetin kita supaya lebih kritis liat mana cinta sehat dan mana yang penuh manipulasi.

 

The Real Horror Isn’t Ghosts - It’s Humans

Ketakutan terbesar itu sebenarnya bukan pada hal-hal gaib, tapi pada manusia itu sendiri. Dan YOU berhasil banget menampilkan itu. Joe itu bukan monster dari dunia lain. Dia manusia, tapi dengan empati yang rusak dan logika yang bengkok. Justru karena dia manusia, dia jadi lebih menyeramkan.

Dia bisa ngebenarin tindakannya sendiri, bisa nyari pembenaran moral, dan bisa memanipulasi lingkungan sekitar buat percaya bahwa dia the good guy. Sounds familiar? Mungkin bukan dalam bentuk pembunuhan, tapi banyak orang di sekitar kita yang juga kayak gitu secara emosional.

Kadang manusia itu jauh lebih serem daripada hantu, karena mereka bisa menyakiti sambil senyum, sambil bilang “aku lakuin ini karena aku sayang kamu.” Creepy, kan?

 

Final Verdict: Season 5 is the Right Goodbye

Season 5 ini rasanya udah pas buat nutup perjalanan Joe. Ceritanya udah mulai terasa muter-muter kalau dipanjangin lagi. Tapi sebagai penutup, season ini cukup kuat buat kasih closure. Kita ditinggalin dengan pertanyaan: apakah Joe akan pernah benar-benar sadar siapa dirinya, atau dia akan terus hidup dalam delusinya?

Ending-nya juga cukup open-ended buat bikin penonton mikir. Apakah dia bakal ketemu orang baru dan ngulang siklusnya lagi? Or is he done?

Buat kita sebagai penonton, YOU ngajarin satu hal penting: jangan gampang percaya sama narasi seseorang, bahkan kalau itu terdengar manis. Karena kadang, yang ngomongnya paling halus justru yang niatnya paling jahat.

Jadi, setelah lima season, aku cuma bisa bilang: Joe Goldberg, thank you for the chaos. Tapi jangan harap bisa kita maafkan. Cheers to a twisted journey, and goodbye for good.

Oh, and by the way, buat kamu yang masih suka banget sama karakter seperti Joe, maybe it’s time to recheck your relationship standards. Just saying.

 

Comments