Sleep Call: Sehat untuk Hubungan atau Malah Jadi Toxic Habit?


Source: Pinterest/Pallary

 “Kalau nggak sleep call, aku nggak bisa tidur.”

Sounds familiar? Fenomena sleep call sekarang udah jadi bagian dari “ritual wajib” banyak pasangan. Rasanya manis sih, denger suara dia, ngobrol sebelum tidur, sampai ketiduran bareng walau beda kota (atau beda kasur). Tapi, sebenernya ini sehat nggak sih buat hubungan? Atau jangan-jangan, cuma kebiasaan manis yang diam-diam bikin kita ketergantungan?

Yuk, kita bahas bareng: sleep call ini lebih ke kebutuhan emosional, bentuk love language, atau justru kebiasaan yang bisa berubah jadi toxic?


Apa Itu Sleep Call?

Buat yang belum familiar, sleep call adalah kegiatan teleponan dengan pasangan sebelum tidur, dan teleponnya dibiarkan menyala sampai dua-duanya ketiduran. Kadang diisi obrolan panjang, kadang cuma denger napas masing-masing, atau suara Netflix yang masih muter di background. Intinya: berasa ditemenin.

Fenomena ini makin populer sejak pandemi. Banyak pasangan yang LDR atau terpaksa berjarak karena PSBB, lockdown, atau isolasi mandiri. Sleep call jadi jembatan emosional yang bantu mereka tetap merasa dekat. Ternyata, efeknya ke otak kita itu nyata, lho.


Sleep Call: Bikin Bahagia atau Justru Bikin Ribet?

Sleep call itu nggak selalu buruk. Ada banyak manfaat positif yang bisa kamu rasain, terutama kalau kamu dan pasangan sama-sama menikmati momen ini. Beberapa di antaranya:

Mood booster sebelum tidur

Menurut Journal of Social and Personal Relationships, mendengar suara pasangan bisa memicu produksi oksitosin, alias hormon cinta, yang bikin kamu lebih rileks dan bahagia.

✅ Mengurangi stres dan kecemasan

Setelah hari panjang yang penuh drama (baik di kantor, kampus, atau keluarga), sleep call bisa terasa seperti pelukan virtual yang nenangin.

✅ Menjaga bonding dan koneksi emosional

Apalagi buat pasangan LDR, sleep call jadi cara jitu buat jaga chemistry biar tetap nyala.

Source: Pinterest/Health Digest

Tapi (yup, always a “but”), kalau kebiasaan ini dilakukan tanpa batas, atau dijadikan “syarat cinta”, bisa-bisa sleep call jadi sumber masalah. Contoh red flags-nya:

Ketergantungan: kamu nggak bisa tidur kalau nggak ada suaranya.

Tidur jadi kacau: begadang demi nemenin pasangan yang night owl.

Produktivitas turun: gara-gara tidur jam 3 pagi, bangun kesiangan, kerja jadi loyo.

Privasi hilang: nggak semua orang suka teleponan setiap malam, apalagi kalau dipaksa.


Menurut Mayo Clinic, penting bagi kita untuk mengenali apakah suatu kebiasaan, seperti sering menelepon atau berkomunikasi dengan orang terdekat sebelum tidur, merupakan cara yang sehat untuk mengatasi stres dan rasa kesepian, atau justru menjadi pelarian yang membuat kita sulit mandiri secara emosional. 

Terlalu bergantung pada interaksi tersebut bisa jadi tanda kita belum benar-benar menghadapi perasaan kesepian itu sendiri. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan antara kebutuhan akan kedekatan dan ruang pribadi sangat dianjurkan agar kesehatan mental tetap terjaga.


Kenapa Banyak Orang Butuh Sleep Call?

Jawabannya bisa dilihat dari kacamata psikologi. Dalam teori attachment style, manusia punya gaya keterikatan yang terbentuk sejak kecil, dan itu berpengaruh ke cara kita membangun hubungan.

  1. Anxious Attachment: cenderung butuh kepastian dan perhatian terus-menerus. Sleep call jadi semacam “asuransi emosional”.
  2. Secure Attachment: lebih fleksibel, bisa tetap merasa aman tanpa harus “nempel” setiap malam.

Menurut Dr. Sue Johnson, pakar Emotionally Focused Therapy, “Manusia adalah makhluk sosial. Kita butuh merasa dekat dan dipedulikan, terutama sebelum tidur, saat kita paling rentan.”
(Sumber: Psychology Today)

So yes, kalau kamu merasa sleep call bikin tenang, itu valid. Tapi penting juga untuk tahu dari mana kebutuhan itu berasal. Apakah dari rasa cinta, atau rasa takut ditinggalkan?


Sleep Call & Batasan: Manis Tapi Jangan Maksa

Sleep call bisa jadi manis banget, kalau dilakukan atas kesepakatan bersama. Tapi sayangnya, nggak sedikit yang “wajib” sleep call karena kalau enggak, pasangannya ngambek. Ini udah bukan romantis lagi, tapi tekanan emosional.

Agar tetap sehat, coba obrolin hal-hal ini bareng pasangan:

  • Seberapa sering sleep call dilakukan?
  • Kapan kita butuh waktu sendiri sebelum tidur?
  • Gimana cara bilang “aku pengen tidur duluan, ya” tanpa bikin pasangan ngerasa ditolak?

Hubungan yang sehat butuh komunikasi yang terbuka dan saling menghargai. Ingat, cinta itu bukan cuma soal selalu hadir, tapi juga bisa kasih ruang buat istirahat.


Kalau Sleep Call Adalah Love Language Kamu?

Buat sebagian orang, sleep call adalah bentuk “quality time”, salah satu dari 5 Love Languages menurut teori Dr. Gary Chapman. Walau hanya diam-diaman, tetap terasa meaningful karena kamu merasa “ditemani”.

Tapi penting diingat, love language itu bukan senjata buat maksa pasangan. Kalau dia nggak nyaman sleep call tiap malam, kamu bisa cari alternatif. Misalnya:

  • Voice note sebelum tidur
  • Video call singkat
  • Chat manis yang bisa dibaca sebelum tidur

Yang penting bukan bentuknya, tapi tujuannya: saling hadir dan saling mendukung.


Jadi, Sleep Call Itu Perlu atau Nggak, Sih?

Jawabannya? Tergantung.
Kalau sleep call bikin kamu lebih rileks, lebih dekat sama pasangan, dan nggak ganggu keseharian, why not?

Tapi kalau mulai terasa melelahkan, atau jadi kewajiban yang bikin hubungan tegang, mungkin saatnya diskusi. Hubungan yang sehat bukan tentang seberapa sering kita terhubung, tapi seberapa nyaman kita bisa saling tumbuh, bahkan saat masing-masing butuh ruang.

Karena cinta sejati bukan cuma soal selalu ada di telinga, tapi juga soal ngerti kapan harus bilang, “Selamat tidur duluan ya, aku sayang kamu.”


Kamu Tim Sleep Call Banget, atau Tim Tidur Damai Tanpa Telepon?

Yuk, share pendapat atau pengalamanmu di kolom komentar!
Apakah kamu merasa sleep call bikin hubungan lebih hangat? Atau justru kamu pernah ngerasa capek tapi sungkan bilang? Ceritain, siapa tahu bisa jadi insight buat orang lain yang lagi cari cara menjaga hubungan tetap sehat dan seru, meski nggak selalu terhubung 24/7.

Comments