Ada satu pertanyaan penting yang kamu, dan banyak dari kita, pasti ingin tahu jawabannya: “Apa yang orang lain ingat saat mendengar namamu?”
Di era digital ini, keberadaan kita bukan hanya soal siapa kita secara pribadi, tapi juga tentang bagaimana dunia melihat kita. Itulah kenapa personal branding menjadi sesuatu yang nggak bisa kamu abaikan, apa pun profesimu.
Personal branding adalah tentang membedakan diri kita dari orang lain. Tentang menjadi top of mind ketika orang membutuhkan sesuatu yang sesuai dengan keahlian kita.
Bukan cuma untuk selebritas, public figure, atau influencer, tapi buat siapa pun. Freelancer? Wajib. Ibu rumah tangga? Perlu. Bahkan pelajar pun bisa mulai dari sekarang.
Kamu tetap butuh membangun citra diri yang kuat. Bukan demi pencitraan kosong, tapi agar kamu dikenal lewat nilai, kualitas, dan kontribusi yang kamu bawa.
Bukan Pura-Pura, Tapi Memilih Narasi
Personal branding bukan tentang menjadi orang lain. Bukan juga soal menciptakan citra palsu supaya terlihat keren.
Justru sebaliknya. Personal branding yang kuat adalah tentang menemukan versi paling otentik dari dirimu, lalu membingkainya dalam narasi yang selaras dengan tujuan hidup dan nilai yang kamu pegang.
Karena gini: Kalau kamu nggak menentukan sendiri cerita tentang siapa kamu, maka orang lain yang akan melakukannya. Dan bisa jadi, ceritanya nggak akurat.
Kenapa Personal Branding Penting?
Karena kamu berhak dikenal bukan karena sering terlihat, tapi karena kualitas. Bukan hanya karena banyak followers, tapi karena kamu membawa dampak.
Dengan personal branding yang tepat, kamu bisa:
- Menarik peluang karier atau kolaborasi yang relevan
- Membangun kepercayaan dari audiens, klien, atau komunitas
- Meninggalkan kesan yang tahan lama, bahkan jadi top of mind di bidangmu
- Memperjelas arah: kamu tahu ingin dikenal karena apa dan ke mana kamu melangkah
So, How Do We Build It?
Here’s the checklist:
1. Kenali Dirimu
Apa passion kamu?
Apa value kamu?
Apa yang kamu bisa dan ingin bagi ke orang lain?
2. Mulai Berbagi
- Share konten yang bermanfaat secara konsisten
- Ikut forum, event, atau komunitas sesuai minatmu
![]() |
Komponen Pembentuk Personal Branding by Ani Berta |
3. Jaga Interaksi Networking bukan tentang siapa yang kamu kenal, tapi sejauh mana kamu menjaga hubungan. Berjejaring secara profesional artinya kamu hadir bukan hanya saat butuh, tapi juga saat memberi.
Beri komentar yang tulus. Kirim pesan ucapan yang hangat. Bagikan insight yang relevan. Itulah bentuk komunikasi yang membangun koneksi, bukan transaksional, tapi genuine.
Dan percaya deh, the right people will remember how you made them feel.
4. Tunjukkan Prestasimu Tanpa Takut Dibilang Pamer Menang lomba? Dapat award? Boleh banget dibagikan. It’s not bragging, it’s inspiring.
"Aku takut dianggap pamer kalau sering posting soal pencapaian.” Itu kalimat yang sering terdengar. Padahal, menunjukkan hasil kerja dan value diri bukanlah pamer, asalkan disampaikan dengan cara yang bijak.
Menunjukkan potensi adalah bagian dari membuka pintu. Ketika kamu membagikan insight, pengalaman, atau keberhasilanmu secara konsisten dan tulus, kamu sedang menciptakan ruang untuk menginspirasi, berbagi, bahkan belajar dari audiensmu sendiri.
Jadi bukan soal membanggakan diri, tapi soal memberdayakan diri dan orang lain.
5. Adaptif dan Terus Belajar Dunia digital cepat banget berubah. Stay updated, upgrade skill, dan jangan mudah puas.
![]() |
Materi by Ani Berta |
6. Tampil Konsisten di Media Sosial Media sosial adalah wajah digitalmu. Maka perlakukanlah dengan penuh kesadaran. Beberapa hal yang bisa kamu perhatikan:
- Gunakan nama dan foto profil yang konsisten di berbagai platform (LinkedIn, Instagram, X, dll.)
- Tunjukkan ciri khas: fokus pada bidang atau pesan utama yang ingin kamu bawa.
- Bangun audiens secara organik, bukan instan, kualitas lebih penting daripada angka
Balancing Personal & Professional Persona
Kalau kamu punya lebih dari satu akun (misalnya akun pribadi dan akun brand/kerja), jaga batasannya. Jangan sampai kamu unggah konten pribadi di akun profesional.
Always double check sebelum posting. Dan kalau bisa, semua akunmu tetap memegang satu benang merah dari value kamu.
Menggunakan content plan juga bisa membantu kamu tetap konsisten dan nggak asal posting. Ini bagian dari proses membangun citra diri yang profesional.
Do Your Own Mini Research
Kamu mungkin merasa sudah cukup mengenal dirimu. Tapi, apakah dunia melihat hal yang sama?
Coba lakukan survei kecil-kecilan ke teman dekat, rekan kerja, atau mantan klien. Tanyakan:
“Kalau dengar nama aku, apa yang terlintas?”
“Menurut kamu, aku kuat di bidang apa?”
Kamu bisa pakai Google Form, atau bahkan lewat obrolan santai. Insight yang muncul akan sangat membantu menguatkan arah personal branding yang otentik.
Bisa juga disebarkan ke orang yang belum mengenalmu (pakai ads misalnya), untuk tahu persepsi dari luar. Dari sana kamu bisa lihat apakah persona yang kamu bangun sudah match dengan persepsi mereka.
Persona kita terbentuk dari riset tersebut, lalu kita kumpulkan, evaluasi, dan analisis.
Panggung Itu Bisa Kamu Ciptakan Sendiri
Kamu nggak harus jadi selebritas dulu untuk dikenal. Justru dengan konsistensi, empati, dan konten yang punya nilai, kamu bisa membangun panggungmu sendiri, apa pun profesimu.
Kamu seorang penulis lepas, guru, jurnalis, atau creative strategist? Semua bisa punya tempat untuk dikenal karena kualitas dan karakter. Karena yang paling penting bukan gelarnya, tapi kontribusinya.
Yang paling powerful dari personal branding adalah ini: kamu punya kendali penuh atas cerita tentang dirimu. Kamu yang memilih ingin dikenal karena apa.
Merancang personal branding bukan berarti kamu harus berubah jadi versi ideal menurut orang lain. Terutama bagi perempuan, standar yang berlaku sering kali tidak realistis, harus selalu tampil sempurna dan serba bisa.
Personal branding yang otentik juga dapat menjadi jembatan menuju bentuk aktualisasi diri yang utuh, dan branding terbaik sejatinya datang dari versi dirimu yang paling jujur dan terarah. Saat kamu tahu value-mu, kamu nggak akan lagi takut terlihat, karena yang kamu tampilkan adalah kontribusi, bukan ilusi.
It’s your time to own your narrative and rise as the top of mind.
Comments
Post a Comment